Antara Idealisme dan Realita di Dunia Pendidikan

Dulu, waktu saya masih mahasiswa baru, idealisme saya tuh kayak langit sore pas golden hour — indah banget. Saya pengen banget jadi guru yang inspiratif, bikin murid semangat belajar, dan ngajarin mereka nilai-nilai kehidupan sambil duduk melingkar di kelas. Pokoknya vibes-nya kayak film Dead Poets Society.

Tapi sekarang, setelah nyemplung lebih dalam di dunia pendidikan, saya paham… ternyata realitanya tuh nggak seindah poster seminar 😌

Idealisme: “Saya ingin mengubah dunia lewat pendidikan!”

Realita: “Tolong, absennya jangan dititip, ya...”

Ya begitulah. Kita masuk kelas dengan semangat 45, murid masuk kelas dengan semangat "semoga cepet pulang". Kadang kita ngajarin materi penting, mereka malah sibuk nyari charger HP.

Tapi bukan berarti idealisme itu harus dibuang. Justru, menurut saya, idealisme itu kayak GPS. Dia ngarahin kita ke tujuan. Tapi realita itu jalanan berlubang yang harus kita lewatin. Kadang jalannya muter, kadang nabrak polisi tidur (alias sistem), kadang ban bocor (alias semangat luntur).

Dunia Pendidikan Itu Nggak Cuma Hitam Putih

Misalnya, kita pengen ngajar dengan metode kreatif, tapi sekolahnya nggak ada proyektor. Kita pengen pakai media digital, eh muridnya nggak punya kuota. Atau, kita pengen ngasih tugas yang menyenangkan, eh malah dianggap “terlalu santai”.

Serba salah? Kadang iya.

Tapi dari situ saya belajar satu hal: fleksibel itu penting. Kita boleh idealis, tapi jangan lupa adaptasi. Karena kadang, perubahan besar itu bukan datang dari sistem, tapi dari hal-hal kecil yang kita lakukan dengan konsisten.

Jangan Lelah Berjuang, Tapi Boleh Rehat

Saya tahu banyak guru, dosen, dan pendidik muda yang punya visi besar. Tapi juga ada yang mulai capek, mulai ragu, mulai ngerasa nggak dihargai.

Kalau itu kamu, saya cuma mau bilang: wajar kok. Kita semua manusia.
Capek itu bukan tanda menyerah, tapi tanda kalau kamu beneran serius di jalan ini.

Jadi, gimana dong?

Tetap bawa idealismu ke ruang kelas. Tapi siap juga buat ketemu realita yang kadang ngeselin.
Karena pendidikan itu bukan soal jadi sempurna, tapi soal jadi bermakna.

Dan kalau suatu hari kamu ngerasa gagal... inget aja: bahkan guru terbaik pun pernah disalahpahami muridnya sendiri.

Semangat terus, para pejuang pendidikan. Dunia ini butuh lebih banyak orang kayak kamu — dan saya juga. Walau kadang kita juga butuh tidur siang 😴

Kalau kamu suka tulisan ini, share ke temen-temenmu. Kalau nggak suka… ya udah, anggap aja ini tugas refleksi.

Saya suka belajar hal-hal baru, terutama soal pendidikan dan cara menyampaikan ide dengan sederhana tapi bermakna.